Kamis, 28 Februari 2008

Apa Yang Baik Bagi Allah Belum Tentu Baik Bagi Manusia

Dalam dunia apa yang bersifat menyenangkan itu identik dengan kebaikan. Dan apa yang bersifat penderitaan itu pasti buruk. Sehingga orang sering memakai pemahaman ini dalam kehidupan Kristen. Orang Kristen menilai bahwa yang dari Allah pasti baik dan “ jarang ada yang buruk”. Judul diatas saya dengar ketika saya sedang dalam kuliah teologi PL. Saya mencoba merenungkan apa maksud dari perkataan tersebut. Ketika merenung, saya teringat dengan kehidupan kecil saya. Kakek saya seorang Pendeta, ibu saya seorang pendoa, namun ayah adalah seorang pemabuk. Saya dari kecil sudah diajarkan untuk percaya kepada Allah, namun yang membuat saya bertanya “ mengapa Allah yang baik itu memberikan seorang ayah yang pemabuk, dimana pekerjaannya setiap hari hanya mabuk-mabukan, bukankah Allah sebaiknya memberikan suatu yang buruk ?”.

Untuk beberapa lama saya belum menemukan jawabannya. Namun, sekarang saya mengerti bahwa sewaktu saya kecil, saya memakai ukuran saya untuk mengukur kebaikan Allah. Tidak ada perbuatan Allah yang tidak baik. Semua yang dikerjakan Allah adalah baik, karena dia Allah yang baik, sekalipun dalam penilaian manusia tindakan, dan pekerjaan-Nya “buruk”. Sama seperti teman-teman Ayub yang mengatakan kepada Ayub bahwa tidak mungkin Allah memberikan penderitaan kepada Ayub. Pasti ada sesuatu yang menyebabkan Ayub menderita. Namun mereka keliru, mereka menganggap bahwa Allah memberikan yang baik saja kepada orang yang benar. Ternyata berbalik, Allah memberikan yang buruk bagi Ayub.

Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita semua yang dikerjakan Allah adalah baik. sekalipun dalam penilaian kita buruk. Tidak ada yang dapat kita lakukan selain mengucap syukur atas apapun yang terjadi dalam hidup kita, sekalipun yang buruk terjadi dalam kehidupan kita.

Rabu, 13 Februari 2008

Penderitaan

Menikmati hidup tanpa penderitaan merupakan kehidupan yang sering kali di inginkan setiap orang. Terkadang ini salah satu alasan yang membuat orang untuk tetap setia mengikut Tuhan. Namun siapkah kita menjadi seperti Ayub?. Dalam ibadah chapel mahasiswa. Ester, yang merupakan preacher pada saat itu membicarakan tentang kehidupan Ayub. Ayub merupakan Tokoh yang saleh dan kaya raya dalam Alkitab, namun dia mengalami penderitaan yang begitu berat. Bahkan dalam keterbatasannya sebagai manusia, Ayub mengeluh kepada Allah karena begitu hebat penderitaan yang melandanya. Tidak ada jaminan bahwa kita tidak akan menderita, sekalipun kita tetap setia kepada Allah. penderitaan bisa kapan saja datang kepada kita.

Satu hal yang perlu diperhatikan, apakah kita selalu menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?. Dapatkah kita menerima sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita, tanpa mengeluh kepada Allah? Untuk itu kita perlu mencontoh seluruh kehidupan Ayub. Agar ketika penderitaan datang, kita dapat melewati penderitaan tersebut. Kita dapat mengerti bahwa terkadang Allah mengijinkan penderitaan itu datang dalam kehidupan kita untuk memuliakan Dia.

Senin, 11 Februari 2008

my sista

my sista making me blog spot on Tue..

so this my new blog


keep on Fire...